Rabu, 11 Februari 2015
Senja
Aku selalu menyukai senja. Langitnya menawarkan keindahan yang berbeda di
setiap goresnya. Kedatangan senja selalu kutunggu. Dan ia tidak pernah
mengingkari penantianku. Senja selalu datang tepat waktu. Memberiku sapaan yang
hangat dengan langitnya. Dan ia berhasil menyembuhkan rinduku padanya.
Aku menyukaimu seperti aku menyukai senja. Kedatanganmu juga selalu ku tunggu. Namun, kamu berbeda dengan senja. Kamu tidak pernah menyapaku seperti senja. Kamu juga tidak selalu datang disaat aku menantimu. Dan kamu tidak pernah berhasil menyembuhkan rinduku padamu.
Kedatangan dan ketidakdatanganmu selalu menambahkan hal yang sama pada diriku. Rindu. Karenamu rindu ini bertumpuk-tumpuk memenuhi seluruh ruangan di hatiku. Bahkan ia telah menghimpit seluruh dinding-dindingnya. Menimbulkan rasa sakit yang luar biasa dan pecah menjadi air mata.
Sembuhkan rinduku, sebelum ia menghancurkan hatiku.
Aku menyukaimu seperti aku menyukai senja. Kedatanganmu juga selalu ku tunggu. Namun, kamu berbeda dengan senja. Kamu tidak pernah menyapaku seperti senja. Kamu juga tidak selalu datang disaat aku menantimu. Dan kamu tidak pernah berhasil menyembuhkan rinduku padamu.
Kedatangan dan ketidakdatanganmu selalu menambahkan hal yang sama pada diriku. Rindu. Karenamu rindu ini bertumpuk-tumpuk memenuhi seluruh ruangan di hatiku. Bahkan ia telah menghimpit seluruh dinding-dindingnya. Menimbulkan rasa sakit yang luar biasa dan pecah menjadi air mata.
Sembuhkan rinduku, sebelum ia menghancurkan hatiku.
Tak Sengaja Mendengarkan
"Aku tidak memaksamu untuk
membalas cintaku dan mau bersamaku, tapi aku mohon bukalah hatimu, bukan
hanya untuk aku, tapi untuk siapapun yang ingin masuk dalam hidupmu,
berikan mereka kesempatan untuk sedikit saja masuk dalam hatimu. Jangan
biarkan hatimu tertutup sedemikian lama hanya untuk orang yang bahkan
tidak memberikan harapan kepadamu"
Kalimat tersebut mengalir
lembut dari seorang lelaki yang berkata kepada wanita di depannya. Aku
tak sengaja mendengar perkataan mereka, mungkin awalnya tak sengaja tapi
kemudian sengaja mendengarkan. Yaah, manusia memang selalu ingin tahu
urusan orang lain. Kemudian aku lihat wanita di depan lelaki itu hanya
menangis, menunduk tak tahu harus berkata apa.
Mungkin
mudah bagi orang lain untuk memintamu membuka hati. Tapi membuka hati
tidak semudah membalikkan tangan bukan? itu butuh proses. Bukan proses
melupakan, tapi melepaskan dan mengikhlaskan. Aku tahu, wanita itu pasti
sudah pernah mencoba membuka hati, mungkin ratusan kali. Ia pasti
merasa tertekan karena merasa menyakiti hati banyak orang. Tapi apa
daya, ia mungkin baru berada dalam taraf melupakan, tetapi belum bisa
melepaskan apalagi mengikhlaskan. Itulah yang membuat hatinya masih
beku, masih terkunci oleh gembok ketidakpastian.
Tak
sengaja aku menoleh lagi kepada mereka dan kemudian sengaja mengamati
mereka. Wanita dengan jilbab merah dan mata sembab itu kemudian menghela
napas panjang, mungkin mencoba melepaskan segala beban
"Aku
minta maaf kepadamu dan kepada siapapun yang pernah mencoba datang
dalam hatiku. Sungguh aku mohon maafkan aku atas segala penolakan yang
aku lakukan. Bukannya aku tidak mau menerimamu atau siapapun itu, tapi
aku tidak mau menyakiti hati seseorang hanya karena hatiku yang masih
belum bisa mengikhlaskan seseorang yang lain. Aku tidak mau seakan aku
memberikan harapan, dan kemudian aku menjatuhkannya. Jujur
jauh dalam hatiku aku memang masih berharap untuk pada akhirnya aku
dapat bersamanya, walaupun saat ini terlihat tidak mungkin. Tuhan
yang memberikan perasaan ini kepadaku dan aku yakin Dia punya alasan
kenapa Ia masih mempertahankan perasaan ini tinggal dalam hatiku,
walaupun sejuta kali aku meminta untuk menghilangkannya jika itu yang
terbaik. Aku mohon pengertianmu, jika aku memang belum bisa membuka hati
ini untukmu dan untuk siapapun. Aku yakin Tuhan yang akan membukakan
hati ini, untuk seseorang yang tepat, bisa saja itu kamu atau siapapun,
ini hanya masalah waktu. Tuhan masih punya alasan untuk mempertahankan
perasaan ini ada dalam hatiku. Jadi, untuk yang terakhir kalinya aku
mohon pengertianmu dan jangan paksa aku untuk membuka hati ini sekarang"
Dan aku tersenyum. Kemudian pergi meninggalkan mereka yang terjebak dalam keheningan...