Copyright © it's about life
Design by Dzignine
Sabtu, 21 Februari 2015
Now, what should I do??



Rabu, 11 Februari 2015

Senja

Aku selalu menyukai senja. Langitnya menawarkan keindahan yang berbeda di setiap goresnya. Kedatangan senja selalu kutunggu. Dan ia tidak pernah mengingkari penantianku. Senja selalu datang tepat waktu. Memberiku sapaan yang hangat dengan langitnya. Dan ia berhasil menyembuhkan rinduku padanya.

Aku menyukaimu seperti aku menyukai senja. Kedatanganmu juga selalu ku tunggu. Namun, kamu berbeda dengan senja. Kamu tidak pernah menyapaku seperti senja. Kamu juga tidak selalu datang disaat aku menantimu. Dan kamu tidak pernah berhasil menyembuhkan rinduku padamu.

Kedatangan dan ketidakdatanganmu selalu menambahkan hal yang sama pada diriku. Rindu. Karenamu rindu ini bertumpuk-tumpuk memenuhi seluruh ruangan di hatiku. Bahkan ia telah menghimpit seluruh dinding-dindingnya. Menimbulkan rasa sakit yang luar biasa dan pecah menjadi air mata.

Sembuhkan rinduku, sebelum ia menghancurkan hatiku.

Tak Sengaja Mendengarkan

"Aku tidak memaksamu untuk membalas cintaku dan mau bersamaku, tapi aku mohon bukalah hatimu, bukan hanya untuk aku, tapi untuk siapapun yang ingin masuk dalam hidupmu, berikan mereka kesempatan untuk sedikit saja masuk dalam hatimu. Jangan biarkan hatimu tertutup sedemikian lama hanya untuk orang yang bahkan tidak memberikan harapan kepadamu"


Kalimat tersebut mengalir lembut dari seorang lelaki yang berkata kepada wanita di depannya. Aku tak sengaja mendengar perkataan mereka, mungkin awalnya tak sengaja tapi kemudian sengaja mendengarkan. Yaah, manusia memang selalu ingin tahu urusan orang lain. Kemudian aku lihat wanita di depan lelaki itu hanya menangis, menunduk tak tahu harus berkata apa.

Mungkin mudah bagi orang lain untuk memintamu membuka hati. Tapi membuka hati tidak semudah membalikkan tangan bukan? itu butuh proses. Bukan proses melupakan, tapi melepaskan dan mengikhlaskan. Aku tahu, wanita itu pasti sudah pernah mencoba membuka hati, mungkin ratusan kali. Ia pasti merasa tertekan karena merasa menyakiti hati banyak orang. Tapi apa daya, ia mungkin baru berada dalam taraf melupakan, tetapi belum bisa melepaskan apalagi mengikhlaskan. Itulah yang membuat hatinya masih beku, masih terkunci oleh gembok ketidakpastian.

Tak sengaja aku menoleh lagi kepada mereka dan kemudian sengaja mengamati mereka. Wanita dengan jilbab merah dan mata sembab itu kemudian menghela napas panjang, mungkin mencoba melepaskan segala beban

"Aku minta maaf kepadamu dan kepada siapapun yang pernah mencoba datang dalam hatiku. Sungguh aku mohon maafkan aku atas segala penolakan yang aku lakukan. Bukannya aku tidak mau menerimamu atau siapapun itu, tapi aku tidak mau menyakiti hati seseorang hanya karena hatiku yang masih belum bisa mengikhlaskan seseorang yang lain. Aku tidak mau seakan aku memberikan harapan, dan kemudian aku menjatuhkannya. Jujur jauh dalam hatiku aku memang masih berharap untuk pada akhirnya aku dapat bersamanya, walaupun saat ini terlihat tidak mungkin.  Tuhan yang memberikan perasaan ini kepadaku dan aku yakin Dia punya alasan kenapa Ia masih mempertahankan perasaan ini tinggal dalam hatiku, walaupun sejuta kali aku meminta untuk menghilangkannya jika itu yang terbaik. Aku mohon pengertianmu, jika aku memang belum bisa membuka hati ini untukmu dan untuk siapapun. Aku yakin Tuhan yang akan membukakan hati ini, untuk seseorang yang tepat, bisa saja itu kamu atau siapapun, ini hanya masalah waktu. Tuhan masih punya alasan untuk mempertahankan perasaan ini ada dalam hatiku. Jadi, untuk yang terakhir kalinya aku mohon pengertianmu dan jangan paksa aku untuk membuka hati ini sekarang"

Dan aku tersenyum. Kemudian pergi meninggalkan mereka yang terjebak dalam keheningan...