Rasanya sudah puluhan kali aku mencoba memejamkan mata. Posisi tidurku juga selalu bergerak setiap menit. Tapi aku belum juga terlelap. Padahal di suasana seperti ini biasanya sangat nyaman untuk tertidur. Diluar sedang hujan deras, anginnya kencang masuk melalui celah celah ventilasi di kamarku. Merupakan suasana yang sangat nyaman untuk tidur. Tapi pikiranku rasanya tidak mau berdamai dengan keinginanku. Aku terus saja memikirkan kamu yang sudah berhasil kulupakan beberapa bulan ini.
Pikiranku bernostalgia ketika saat pertama kali aku bertemu denganmu. Disebuah ruangan penuh bangku yang membosankan. Tiba-tiba kamu datang dengan segerombolan temanmu. Perhatianku langsung tertuju pada rombonganmu, karena kalian memang berbeda dengan orang-orang yang duduk dalam ruangan itu. Tapi mataku langsung tertuju padamu. Aku tak tahu tiba-tiba aku jadi senang memperhatikanmu selama di ruangan itu. Dan itu selalu kulakukan setiap kali kita berada di ruang yang sama. Pertemuan denganmu menjadi selalu kunantikan, ruangan yang tadinya kuanggap membosankan menjadi sangat kurindukan. Karena aku tahu kamu akan datang pula di ruang itu. Dan yang selalu kulakukan adalah memperhatikanmu.
Aku jadi sering memperhatikanmu diluar pertemuan kita di ruang itu. Karena kita memang beraktivitas di gedung yang sama. Maka dimanapun mataku menemukan sosokmu aku akan langsung memperhatikanmu. Kecuali jika secara tak sengaja mata kita berpapasan. Aku akan langsung buang muka dengan jantung berdebar yang tiada henti. Saat itu mungkin aku tak sadar bahwa aku mulai menyukaimu.
Rasanya melihatmu tersenyum dan baik-baik saja sudah cukup bagiku. Aku tidak berusaha mengenalmu. Bahkan namamu saja baru kutahu setahun setelah aku sering memperhatikanmu di ruang itu. Kemudian keadaan membuat kita tidak lagi berada di ruang yang sama. Tapi aku masih beruntung, aku masih sering melihatmu.Itu sudah cukup bagiku pada saat itu.
Kemudian apa kamu tahu, aku selalu datang di warung perempatan jalan setiap hari Selasa? Karena aku tahu kamu akan makan di tempat tersebut setiap hari Selasa. Aku selalu berusaha mencuri pandangan ke arahmu. Kalau kebetulan kamu duduk di meja depanku maka aku akan cukup senang. Aku tidak perlu pura-pura menengok hanya untuk melihatmu. Walaupun pandanganku tertutup oleh teman-temanku aku cukup senang bisa melihatmu diantara celahnya.
Aku tidak sadar bahwa aku menyembunyikan perasaanku kepadamu terlalu lama. Sampai suatu saat temanku bertanya "Reina, kenapa kamu tidak pernah berhasil dengan laki-laki yang mencoba mendekatimu?" Aku hanya bisa tersenyum dan menjawab "Bukan jodoh", kemudian dia bertanya lagi "Siapa yang sebenarnya kamu suka, jujurlah pada kami, kami tahu kamu sedang menyukai seseorang". Aku hanya bisa mengelak tapi kedua temanku terus saja mendesakku dan menenangkanku bahwa aku harus berbagi daripada kamu selamanya menyembunyikannya. Aku menatap wajah kedua temanku, tanganku berkeringat dingin dan bergetar saat aku mau memberikan pengakuan. Saat aku berhasil menyebutkan namamu. Mereka menutup mulut, mereka sangat terkejut karena aku menyukaimu, seseorang yang tidak aku kenal, seseorang yang hanya pernah berbicara denganku dua kali, seseorang yang aku tak yakin dia mengingat namaku.
"Sudah, sejak kapan Reina". Aku menggeleng, "aku tak tahu, aku mulai memperhatikannya sejak kita disini". Citra yang sejak tadi tidak berhenti terbelalak, kemudian berteriak "Itu sudah 2 tahun lalu". Aku mengangguk menyetujui perkataannya.
Aku tersenyum teringat pengakuanku kepada mereka 2,5 tahun lalu. Berarti ini adalah tahun kelima aku masih memikirkannya. Sebenarnya semenjak aku pindah dari kota itu, aku pikir aku telah melupakannya. Bertemu teman baru, aktivitas baru dan suasana baru. Tidak ada hal-hal yang bisa mengingatkanku padanya. Aku selalu menyibukkan diri, mengerjakan segala yang aku bisa dan aku mulai membuka hati. Bahkan ketika Citra menelpon bulan lalu, aku dengan mantap berkata aku telah melupakannya, tidak ada hal-hal lain yang mengingatkanku padanya.
Aku pikir aku memang sepenuhnnya telah melupakannya. Sampai sore tadi ketika aku sedang menunggu ojek yang akan menjemputku, aku memegang payungku karena hujan mulai turun, aku membuka handphone untuk sekedar menghilangkan kebosanan. Pandanganku kualihkan ke sekeliling jalan barangkali ojekku telah datang, kemudian aku menangkap sosokmu di seberang jalan. Berlari-lari kecil menghindari hujan, tersenyum kepada seseorang di dalam mobil kemudian kamu masuk mobil dan melesat pergi. Waktu seakan berhenti saat itu, jantungku berdegup kencang, sampai aku berpegangan pada batang pohon di sebelahku.
Aku tidak menyangka aku melihatmu disini. Aku kemudian mencari tahu kenapa kamu ada disini.Ternyata dari social mediamu kutemukan bahwa kamu sedang menemani pacarmu yang ada urusan di kota ini.Aku tersenyum, kamu memang lelaki yang setia. Itu juga yang menjadi alasanku untuk diam selama ini. Aku baru tahu kamu sudah punya seseorang yang kamu cintai 2 tahun setelah aku mencintaimu, dan ternyata kalian baru berpacaran 3 bulan waktu itu. Mungkin daripada pacarmu, aku telah mencintaimu terlebih dahulu. Tapi aku tahu aku sudah terlambat, dan kubiarkan saja perasaanku dalam persembunyianku.
Dengan harapan aku akan cepat melupakanmu. Tapi kenyataannya sampai sekarang masih ada ruang di hatiku untukmu. Aku tidak tahu kapan ini akan berakhir karena toh aku sudah berusaha mati-matian kamu masih saja mengisi ruangan itu. Tapi aku percaya "Tuhan pasti punya alasan kenapa ia membiarkan perasaan ini tumbuh selama ini" Entah untuk belajar mengikhlaskan atau untuk belajar menunggu.
*untuk yang sedang berjuang untuk melupakan : jangan memaksakan diri,
0 komentar:
Posting Komentar